Pembebanan biaya ada 2, yaitu :
1. Activity Based Costing (perhitungan biaya berdasarkan aktifitas)
2. Functional Based Costing (perhitungan biaya berdasarkan fungsional)
1. Activity Based Costing
2. Functional Based Costing
Activity Based Costing (ABC) adalah
metode costing yang dirancang untuk menyediakan informasi bagi manajer untuk
keputusan stratejik dan keputusan lainnya yang mungkin akan mempengaruhi
kapasitas dan juga biaya tetap. ABC juga digunakan sebagai elemen
activity-based management, yaitu pendekatan manajemen yang fokus pada
aktivitas. Activity Based Costing dapat diartikan juga sebagai penentuan harga
pokok produk berdasarkan kegiatan atau aktivitas.
Contohnya
dalam sebuah perusahaan yang memproduksi sebuah baju. Dalam proses pembuatan
baju disini ada aktivitas desain, gunting dan jahit yang hal tersebut dimaksud
sebagai pembebanan biaya dalam setiap aktivitas. Sehingga kita tahu aktivitas
mana yang paling boros dan aktivitas yang tidak boros, serta kita dapat
mengetahui pengeluaran-pengeluaran setiap departemen.
Jenis biaya atau komponen dalan
Activity Based Costing:
- Bahan baku (Direct Material)
- Biaya Tenaga Kerja Langsung (Direct Labour)
- Overhead
Dari komponen biaya produksi di atas, biaya bahan baku dan biaya tenaga
kerja mudah ditelusuri sampai ke produk jadi. Sedangkan Biaya overhead pabrik
pembebanannya tidak bisa langsung ditelusuri ke masing-masing produk jadi. Pada
umumnya dibebankan berdasarkan sesuatu, misal: jam tenaga kerja langsung, atau
jam mesin (metode tradisional). Oleh karena itu muncul suatu pemikiran
bagaimana membebankan BOP agar lebih akurat dibanding metode
tradisional.Sehingga dapat membantu pengambilan keputusan manajemen untuk
penetapan harga jual dengan akurat. Hal ini dapat dicapai dengan menerapkan
Activity Based Costing (ABC).
Pada Konsep ABC tersebut terlihat bahwa sistem ABC ini memiliki dua tahap
sebgai berikut:
Tahap I :
Bagaimana mengalokasikan sumber daya yang dimiliki perusahaan ke dalam
aktifitas.
Tahap II :
Bagaimana membebankan biaya yang dikeluarkan masing-masing aktivitas ke dalam
objek biaya. Untuk menetapkan aktivitas dan objek biaya, terlebih dahulu harus
diketahui apa yang menyebakan terjadinya biaya atau disebust penggerak biaya
(cost driver).
Pembebanan
biaya dalam activity based costing ada 3 tingkatan, yaitu Tingkat Pabrik,
Departemen dan juga Aktivitas.
Tujuan dari ABC adalah memahami overhead dan
profitabilitas produk dan konsumen. Sebagai konsekuensi perbedaan tujuan ini,
praktek ABC memiliki perbedaan dengan sistem akuntansi biaya tradisional.
Functional
Based Product Costing membebankan biaya bahan baku dan
tenaga kerja langsung dengan menggunakan direct tracing (penelusuran
langsung). Sementara itu, biaya overhead dibebankan ke produk dengan
menggunakan penelusuran penggerak dan alokasi. Sistem ini membebankan biaya
overhead melalui dua tahap yaitu tahap pertama adalah mengalokasikan biaya
overhead yang terjadi ke pusat biaya (cost center) dan tahap kedua
mengalokasikan biaya-biaya tersebut dari masing-masing cost center ke
produk dengan menggunakan pemicu yang berbasis pada unit produksi, misalkan jam
tenaga kerja langsung, jam mesin, biaya bahan baku, dan lain-lain.
Langkah pertama yang harus dilakukan dalam menghitung
biaya produk adalah membebankan biaya bahan baku langsung dan biaya tenaga
kerja langsung, karena kedua biaya ini dapat langsung ditelusuri ke produk.
Sedangkan pembebanan biaya overhead unit produk dalam berbagai hal merupakan
tugas yang sulit. Untuk mengatasinya adalah dengan menggunakan teknik alokasi.
Teknik alokasi dikerjakan melalui pemilihan suatu dasar aktivitas yang dikaitkan
pada seluruh produk melalui proses produksi pada satu periode, kemudian
dihitung tarif overheadnya.
Tarif overhead yang dipilih menyatakan hubungan dari
overhead pabrik dengan dasar yang dipilih. Bila perusahaan banyak menggunakan
tenaga kerja sehingga biaya upah pekerjanya dominan dalam struktur biaya
produk, maka dasar yang digunakan adalah jam tenaga kerja langsung. Demikian
pula jam mesin menjadi unsur yang dominan, maka pembebanan biaya overhead
berdasarkan jam mesin.
Tarif Overhead = Overhead yang diestimasikan : Pemicu (Driver) yang diestimasikan
Setelah
menentukan tarif, selanjutnya adalah menghitung biaya yang dibebankan
Overhead yang dibebankan = Tarif Overhead :
Actual Pemicu (Driver)
Sistem ini mengalokasikan biaya overhead melalui
dua pendekatan, yakni dengan menggunakan tarif overhead keseluruhan pabrik
(plantwide rate) dan tarif overhead departemen (departemental rate). Kedua
pendekatan tersebut mengasumsikan bahwa biaya overhead yang terjadi berhubungan
dengan volume unit yang diproduksi. Pendekatan yang digunakan oleh sistem ini
sebenarnya bukanlah suatu pendekatan yang salah. Namun seiring dengan
perkembangan zaman dan kemajuan teknologi, metode ini sudah menjadi kurang akurat
untuk digunakan sebagai penunjang decision making oleh manajemen suatu
perusahaan.
Contoh Overhead Application : Plant Wide Rate
Budgeted overhead
|
$360,000
|
||
Expected activity (in direct labor
hours)
|
120,000
|
||
Predetermined overhead rate
|
$
3.00
|
||
Pocket
calculator
|
Currency
translator
|
||
Actual activity (in direct labor
hours)
|
40,000
|
60,000
|
|
Predetermined overhead rate
|
$3.00
|
$3.00
|
|
Overhead applied to production
|
$120,000
|
$180,000
|
|
Units produced
|
80,000
|
90,000
|
|
Overhead per unit
|
$1.50
|
$2.00
|
Overhead Variances:
Overhead Variances adalah selisih dari biaya overhead
yang dibebankan (Applied Overhead) di kurang dengan Actual Overhead. Bila biaya
yang dibebankan (Applied Overhead) lebih besar dari actual overhead, maka itu
disebut overapplied overhead. Jika Applied lebih kecil dari actual overhead
maka itu disebut under applied overhead.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar