Rabu, 06 Januari 2016

Activity Based Costing dan Functional Based Costing



Pembebanan biaya ada 2, yaitu :
1.      Activity Based Costing (perhitungan biaya berdasarkan aktifitas)
2.      Functional Based Costing (perhitungan biaya berdasarkan fungsional)

1.    Activity Based Costing
2.    Functional Based Costing

Activity Based Costing (ABC) adalah metode costing yang dirancang untuk menyediakan informasi bagi manajer untuk keputusan stratejik dan keputusan lainnya yang mungkin akan mempengaruhi kapasitas dan juga biaya tetap. ABC juga digunakan sebagai elemen activity-based management, yaitu pendekatan manajemen yang fokus pada aktivitas. Activity Based Costing dapat diartikan juga sebagai penentuan harga pokok produk berdasarkan kegiatan atau aktivitas.

Contohnya dalam sebuah perusahaan yang memproduksi sebuah baju. Dalam proses pembuatan baju disini ada aktivitas desain, gunting dan jahit yang hal tersebut dimaksud sebagai pembebanan biaya dalam setiap aktivitas. Sehingga kita tahu aktivitas mana yang paling boros dan aktivitas yang tidak boros, serta kita dapat mengetahui pengeluaran-pengeluaran setiap departemen.

Jenis biaya atau komponen dalan Activity Based Costing:
  •           Bahan baku (Direct Material)
  •           Biaya Tenaga Kerja Langsung (Direct Labour)
  •            Overhead
Dari komponen biaya produksi di atas, biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja mudah ditelusuri sampai ke produk jadi. Sedangkan Biaya overhead pabrik pembebanannya tidak bisa langsung ditelusuri ke masing-masing produk jadi. Pada umumnya dibebankan berdasarkan sesuatu, misal: jam tenaga kerja langsung, atau jam mesin (metode tradisional). Oleh karena itu muncul suatu pemikiran bagaimana membebankan BOP agar lebih akurat dibanding metode tradisional.Sehingga dapat membantu pengambilan keputusan manajemen untuk penetapan harga jual dengan akurat. Hal ini dapat dicapai dengan menerapkan Activity Based Costing (ABC).

Pada Konsep ABC tersebut terlihat bahwa sistem ABC ini memiliki dua tahap sebgai berikut:
Tahap I : Bagaimana mengalokasikan sumber daya yang dimiliki perusahaan ke dalam aktifitas.
Tahap II : Bagaimana membebankan biaya yang dikeluarkan masing-masing aktivitas ke dalam objek biaya. Untuk menetapkan aktivitas dan objek biaya, terlebih dahulu harus diketahui apa yang menyebakan terjadinya biaya atau disebust penggerak biaya (cost driver).

Pembebanan biaya dalam activity based costing ada 3 tingkatan, yaitu Tingkat Pabrik, Departemen dan juga Aktivitas.
Tujuan dari ABC adalah memahami overhead dan profitabilitas produk dan konsumen. Sebagai konsekuensi perbedaan tujuan ini, praktek ABC memiliki perbedaan dengan sistem akuntansi biaya tradisional.

Functional Based Product Costing membebankan biaya bahan baku dan tenaga kerja langsung dengan menggunakan direct tracing (penelusuran langsung). Sementara itu, biaya overhead dibebankan ke produk dengan menggunakan penelusuran penggerak dan alokasi. Sistem ini membebankan biaya overhead melalui dua tahap yaitu tahap pertama adalah mengalokasikan biaya overhead yang terjadi ke pusat biaya (cost center) dan tahap kedua mengalokasikan biaya-biaya tersebut dari masing-masing cost center ke produk dengan menggunakan pemicu yang berbasis pada unit produksi, misalkan jam tenaga kerja langsung, jam mesin, biaya bahan baku, dan lain-lain.



Langkah pertama yang harus dilakukan dalam menghitung biaya produk adalah membebankan biaya bahan baku langsung dan biaya tenaga kerja langsung, karena kedua biaya ini dapat langsung ditelusuri ke produk. Sedangkan pembebanan biaya overhead unit produk dalam berbagai hal merupakan tugas yang sulit. Untuk mengatasinya adalah dengan menggunakan teknik alokasi. Teknik alokasi dikerjakan melalui pemilihan suatu dasar aktivitas yang dikaitkan pada seluruh produk melalui proses produksi pada satu periode, kemudian dihitung tarif overheadnya.

Tarif overhead yang dipilih menyatakan hubungan dari overhead pabrik dengan dasar yang dipilih. Bila perusahaan banyak menggunakan tenaga kerja sehingga biaya upah pekerjanya dominan dalam struktur biaya produk, maka dasar yang digunakan adalah jam tenaga kerja langsung. Demikian pula jam mesin menjadi unsur yang dominan, maka pembebanan biaya overhead berdasarkan jam mesin.

Tarif Overhead = Overhead yang diestimasikan : Pemicu (Driver)  yang diestimasikan

Setelah menentukan tarif, selanjutnya adalah menghitung biaya yang dibebankan

Overhead yang dibebankan = Tarif Overhead : Actual Pemicu (Driver)

 Sistem ini mengalokasikan biaya overhead melalui dua pendekatan, yakni dengan menggunakan tarif overhead keseluruhan pabrik (plantwide rate) dan tarif overhead departemen (departemental rate). Kedua pendekatan tersebut mengasumsikan bahwa biaya overhead yang terjadi berhubungan dengan volume unit yang diproduksi. Pendekatan yang digunakan oleh sistem ini sebenarnya bukanlah suatu pendekatan yang salah. Namun seiring dengan perkembangan zaman dan kemajuan teknologi, metode ini sudah menjadi kurang akurat untuk digunakan sebagai penunjang decision making oleh manajemen suatu perusahaan.

Contoh Overhead Application : Plant Wide Rate


Budgeted overhead


$360,000
Expected activity (in direct labor hours)


120,000
Predetermined overhead rate


 $       3.00





Pocket calculator

Currency translator
Actual activity (in direct labor hours)
40,000

60,000
Predetermined overhead rate
$3.00

$3.00
Overhead applied to production
$120,000

$180,000
Units produced
80,000

90,000
Overhead per unit
$1.50

$2.00


Overhead Variances: 

Overhead Variances adalah selisih dari biaya overhead yang dibebankan (Applied Overhead) di kurang dengan Actual Overhead. Bila biaya yang dibebankan (Applied Overhead) lebih besar dari actual overhead, maka itu disebut overapplied overhead. Jika Applied lebih kecil dari actual overhead maka itu disebut under applied overhead.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar